Bab 1
Selamat datang di karya terbaru saya, semoga suka dan terhibur.
Sebelum lanjut baca jangan lupa dukung Author ya, dengan klik subscribe 😁🙏
Bab1
"Maaf, aku tak bisa, mas," ucapku sambil menunduk tak mampu menatap wajahnya.
Malam ini adalah malam pertama pernikahan kami, aku tahu semestinya aku tak melakukan hal ini dengan menolaknya, namun aku tak bisa, karena pernikahan ini terjadi bukan atas dasar keinginanku.
Ranjang ini masih wangi, keharuman yang berasal dari kelopak kelopak bunga mawar yang ditebar tetap tak mampu membuatku menghangatkan ranjang ini bersamanya, hatiku masih belum dapat menerima pernikahan ini.
Pria itu menatapku lembut, aku melipat kedua kakiku, mencoba menahan rasa sesak ini, tak mampu lagi rasanya aku menahan beban ini, ia lalu menarikku dalam pelukannya sambil membelai lembut kepalaku.
"Tak masalah jika kau ingin menunda malam pertama kita, aku akan bersabar," kalimat itu terasa seperti sembilu di hatiku, oh tuhan, kumohon ampunilah aku atas sikap durhaka yang kulakukan ini.
"Sudah malam, tidurlah, aku tahu kau lelah, aku berjanji akan menyentuhmu hanya jika kau telah menerima pernikahan ini," ucapnya sambil membelai lembut kepalaku, kupejamkan mata, menahan tangis, kata kata itu terdengar terasa seperti pisau yang menghujam ulu hatiku. Perih.
Dia, pria yang sangat kucintai, entah mengapa sengaja membiarkan diriku melakukan pernikahan ini.
****
Satu tahun sebelumnya.
"Dua ratus juta," ucapku dengan raut wajah terkejut saat Pak Rhaka, pemilik hotel sekaligus atasanku, dikantor ini tiba tiba memanggil dan menyodorkan cek yang bernilai fantastis itu.
"Tapi, untuk apa pak?"
"A-apa saya akan dipecat?" tanyaku gugup
Ia menatapku dengan tatapan dingin, tak ada ekspresi apapun diwajahnya, datar. Pria ini memang terkenal selalu bersikap dingin, hingga tak seorangpun dapat menerka apa yang sedang ia pikirkan.
"Tidak, aku ingin minta tolong padamu, dan itu sebagai pembayaran awal jika kau setuju."
"Se-setuju untuk apa, pak?"
"Menikah denganku, setahun saja. Hanya setahun saja Kinara," Ia memandangku dengan wajah dinginnya itu, jujur saja membuatku tak ingin berlama lama berdua dengannya disini.
"Apa telingaku tidak salah dengar pak?" ucapku refleks.
Ia menggeleng, lalu beranjak dari kursi kerjanya. Aku masih berdiri mematung di hadapannya.
"Tapi, kenapa aku?"
"Pernikahan itu bukan permainan pak, itu sesuatu yang sakral," protesku.
"Jangan salah paham dulu Nara, aku tidak bermaksud untuk mempermainkan pernikahan ataupun dirimu," raut wajahnya terlihat seperti berpikir. Aku menyipitkan mataku, menunggu penjelasan darinya.
"Aku membutuhkan bantuanmu, Nara," Ia seperti memohon.
Aku tak mempercayai apa yang baru saja kudengar, ia butuh bantuan, lelaki batu berhati dingin ini memohon bantuanku, rasanya aku ingin mengorek telingaku dengan linggis.
"Tapi, kenapa harus saya pak? bukankah banyak sekali wanita yang sangat ingin bersanding dengan bapak," tolakku kasar.
"Aku tidak butuh wanita wanita seperti itu ..."
Aku tahu, kau memang baru dua bulan menggantikan Clara sebagai sekretarisku. Tapi, selama dua bulan ini, kau tak pernah bersikap seperti wanita wanita lain untuk sekedar menarik perhatianku." terangnya.
"Karena pernikahan ini hanya setahun, tentu mudah bagi kita untuk berpisah nantinya," jelasnya lagi dengan raut wajah datar.
Aku melongo mendengar penjelasan pria ini. Kucubit tanganku memastikan apa yang kudengar ini benar benar dari mulutnya. Rasanya masih tidak percaya, pria yang selalu bersikap dingin dan irit bicara ini bisa memohon pertolongan padaku.
Tidak ... tidak Kinara, jangan terpedaya, pria ini mungkin sedang demam, atau salah minum obat, karena itu dia bicara tidak jelas seperti ini.
Entah apa yang ada dalam pikiran pria ini tentang diriku, apa dia pikir diriku ini penjaja cinta, atau jangan jangan dia penyuka sesama jenis, sampai harus membayarku untuk menikahi dan menjadi istrinya.
Hiiii ... jadi merinding disko aku memikirkannya.
Pria aneh.
"Bagaimana Kinara, apa kau bersedia?" ucapnya, menjatuhkan pikiranku yang sudah menjelajah kemana mana.
"Tidak pak, saya tidak mau!" tegasku, aku membalikkan badan, tanpa permisi kutinggalkan ia yang masih diam disana.
****
Dua bulan lalu Clara merekomendasikan aku, untuk mengantikan dirinya menjadi sekretaris pribadi Pak Rhaka, tadinya aku hanyalah salah satu staf keuangan dihotel ini. Awalnya aku menolak permintaannya, tapi karena beberapa kali ia terus memohon, membuatku akhirnya bersedia menggantikan posisinya.
Aku duduk di kursi kerjaku sambil memikirkan perkataan Pak Rhaka, dia pikir siapa dirinya, seenaknya mengajak orang untuk menikah, wajahnya sih memang keren tapi jika untuk mengencaninya apalagi menikah dengannya.
Beruang kutub seperti itu?
Big no, tidak ....
Karena kesal, aku menendang kotak sampahku yang ada di sebelah meja kerjaku. Kotak sampah itu menggelinding ke arah pintu. Lalu berhenti tepat dibawah kaki seseorang.
Aku melongok keatas melihat siapa itu, aku tersenyum getir melihat siapa yang baru saja datang ke ruangan ku saat ini. Itu si beruang kutub, ada apa lagi hingga dia harus datang kesini menemuiku. Ah, salahku juga lupa menutup pintunya tadi.
"Maaf pak, sengaja ditendang," aku beranjak bangun dari tempat dudukku dan berjalan memungut kotak sampah itu.
"Kinara, pikirkanlah lagi, aku akan memberi lebih dari yang tadi, aku menunggu jawabanmu secepatnya."
Aku menarik nafas panjang, pria ini lama lama membuatku kesal, aku melotot padanya lalu kuberikan kotak sampah yang kupungut tadi ke tangannya.
"Lebih baik bapak buang saja pikiran aneh seperti itu kedalam kotak sampah yang bapak pegang ini."
"Maaf pak, jika diizinkan saya mau pamit pulang,"
Aku melengos sebentar, lalu berjalan cepat ke arah meja kerjaku, meraih tas ku yang ada dilaci bawah meja. Lalu berjalan melewatinya yang masih menatapku.
Sebelum meraih kenop pintu dan membukanya aku menoleh kembali padanya,
"Aku pulang pak, permisi,"
kutinggalkan saja dia yang masih berdiri disana, jangan bermimpi aku akan bersedia menerima niat anehnya itu, aku tahu ia masih menatapku saat aku meninggalkannya, aku pasrah jika setelah perlakuanku hari ini padanya, membuatku kehilangan pekerjaan.
Bersambung