Alia masih cemberut hingga tiba di apartemen. Dia menatap ponselnya, dan melihat Prince bisa bebas berfoto di lokasi yang dia lewati tadi.
"Kakak tadi menungguku di sini kan? Apa kakak tidak bertemu Prince?" tanya Alia sambil mencoba memakan makanannya. Walau jelas tidak menikmati.
Naina terdiam, lalu mengambil ponsel, dan memperlihatkan foto Prince pada Alia.
"OMG! Kakak! Kenapa tidak memanggil aku?" protes Alia sambli memeluk HP kakaknya.
"Lupa," jawab Naina singkat.
"Kakak jahat!!" Alia berkaca-kaca.
Yang langsung dia lakukan adalah membagikan foto itu di sosial media, dan mengklaim bertemu Prince dari jarak dekat. Hingga banjir pujian dari banyak orang padanya.
@PrinceLoveC hey Prince.. i love you. Ku harap lain kali kita bisa selfie juga.
Tweet Alia dengan foto itu pada Prince.
Awalnya Prince tak merespon, tapi tunggu, ini foto yang diambil oleh wanita cuek tadi. Prince mulai masuk ke profil Alia, namanya Alia Princesaathiya Sinha.
"Adik, ya ... gadis ini adik wanita itu. Dan dia pendiri fan club untuk para Princesaathiya," gumam Prince sambil tersenyum.
Entah kenapa dia jadi rajin mengecek profil orang yang diikuti Alia. Mencari orang yang pasti diikuti oleh gadis itu, berharap ada kakaknya disana.
"What the ... kenapa aku jadi begini?" protes Prince pada dirinya sendiri.
Dia hanya meretweet mention dan foto dari Alia. Sekedar menyenangkannya, karena dia teringat tuduhan dari kakaknya, bahwa artis hanya memanfaatkan fansnya saja. Hmmmm...
***
Jam pertama, Naina sudah masuk ke dalam kelas. Dia sibuk menerangkan tentang keuangan pada mahasiswa. Di sana juga ada Alia dan teman-temannya.
"Pstt ... Al, Prince akan shooting di luar negeri dan kabarnya dia sore ini ke bandara," bisik Gia.
"Kita ke sana?" tanya Alia, Gia mengangguk.
"Alia, Gia, kalian bisa keluar jika tak ingin mengikuti jam ini," ujar Naina dengan tegas.
Mereka langsung menunduk dan pura-pura konsentrasi. Tapi Alia jelas malah melamun dan senyum-senyum sendiri.
"Alia, keluar dari kelasku." Naina menatap adiknya.
"Kakak ...."
"Miss Naina!" tekan Naina, seolah dia mengatakan bahwa di sini tidak ada kakak adik, tapi dosen dan mahasiswi.
"Keluar." Lagi, Naina dengan penekanan, meski tak berteriak, tapi jelas dari wajahnya dia marah.
Alia merapikan buku lalu keluar dari kelas, berdiri di koridor dan tampak kesal. Sesekali melongok ke dalam kelas dan menendang-nendang kosong.
Setelah jam Naina selesai, kedua teman Alia langsung menyambarnya dari koridor dan segera menuju bandara. Mereka terus membahas rencana yang akan dilakukan dan berharap bisa bertemu Prince langsung. Sementara itu, Naina menyadari adiknya telah kabur dengan kedua temannya, memilih pulang sendiri karena tidak ada jam mengajar lagi hari ini.
Alia, Gia dan Katerine juga lainnya tiba di bandara, mereka hanya berdiri tak jauh dari para paparazzi atau juru foto media. Menanti Prince melewati tempat itu untuk syuting di luar negeri.
Di kampus, Naina mengobrol dengan beberapa dosen, setelah itu barulah ia benar-benar keluar dari kampus. Seperti biasa dia berhenti dan mengisi bahan bakar tak jauh dari kampus tempat dia mengajar.
Prince yang sengaja melewati kampus itu, sempat melihat mobil Naina keluar dari gerbang. Kebetulan Naina belum menutup kaca mobilnya. Menjadikan yang seharusnya belok kanan malah meminta sopirnya belok kiri, mengikuti Naina masuk ke tempat pengisian bahan bakar.
Terlihat Niana turun dari mobil kemudian menyapa ramah bahkan mengobrol dengan penjaga di sana. Ya, petugas POM itu salah satu mahasiswanya. Prince mengambil secarik kertas dan menulis sesuatu di sana, lalu diberikan pada sopirnya untuk diberikan pada petugas di sana, untuk diteruskan kepada Naina.
"Nona, ada yang menitipkan ini," ujar petugas SPBU.
Naina menoleh dan tersenyum ramah sambil berterima kasih. Entah kenapa Prince begitu nyaman melihat senyuman itu.
'Hai, pertemuan ketiga kita.'
Tulisan di kertas itu.
Naina mengernyitkan alis, tak mengerti maksudnya. Kebingungannya berakhir saat mobil telah selesai diisi bahan bakar, lalu dia pamitan pergi pada mahasiswanya. Tak lupa meremas kertas itu dan membuangnya ke tong sampah.
"Oh God ...!" Prince menggelengkan kepala sambil tersenyum seperti orang kasmaran.
Manajer Prince yang sedari tadi mengikutinya jengkel dan akhirnya keluar dari mobil yang dikendarainya. Dia langsung masuk ke dalam mobil Prince.
"Hey, siapa wanita itu?"
"Ibuku. Kau percaya?" ledek Prince sambil terkekeh geli.
Manajernya kesal dan menatap dia dengan raut wajah tak merasa ada yang lucu.
"Prince, kau seorang superstar. Paparazzi bisa di mana saja. Jika mereka tahu kau menguntit seorang wanita maka itu akan jadi sebuah berita." Papar Govind.
"Bukankah itu bagus? Selalu ada berita tentangku. Dan aku cukup diam. Namaku tetap teratas dalam mesin pencarian, dan mereka akan lupa pada akhirnya," jawab Prince cuek.
Govind menggelengkan kepala. "Bagaimana jika wanita itu mengatakan ya kau pacarnya, dan malah menambah runyam? Merusak nama baikmu. U know skandal-skandal yang membuat senior-senior mu hampir kolaps karena semua itu?"
"Jangan khawatir, dia bukan wanita seperti itu." Prince tenang dan sedikit membayangkan ekspresi Naina yang datar saat bertemu dan mengenalinya sebagai seorang bintang.
"Kau sudah mengenalnya dengan sangat baik?" Govind makin menyelidik.
"No, kami baru bertemu dua kali. Tiga kali dengan tadi, dan dia cuek padaku. Dia tahu aku seorang bintang. Tapi dia tak peduli. Hebat bukan?" Prince menoleh pada Govind.
"Hati-hati ini jebakan."
"Ayolah Govind ... karirku naik atau turun, gajimu akan tetap sama." Prince mulai kesal.
"Dengar, saat ini media dan fans sedang senang dengan gossip kedekatanmu dengan Renuka. Itu mendongkrak film-film kalian. Media dan fans menyukai kalian. Jadi bersikaplah baik dan tetap jaga hubungan dengan Renuka." Govind makin licik.
"What? Kau kira aku mendompleng nama Renuka? Dialah yang diuntungkan dari nama besarku." Prince protes.
"I know, tapi publik menyukai kau dengannya saat ini. Ikuti permainan industri. Oke." Govind menepuk pundak sahabat yang juga artis talentnya.
Prince memilih diam, dia tak habis pikir harus banyak berakting di dalam dan di luar film.
***
Sang Superstar tiba di bandara. Beberapa fans langsung berlarian ke arahnya, tapi bodyguard menghalangi mereka, juga pihak keamanan. Karena jumlah fans terlalu banyak di sana, hingga mereka harus diberi garis pengaman.
Prince hanya tersenyum dan memamerkan senyuman pamer gigi yang merupakan ciri khasnya pada fans, lalu kiss jarak jauh. Lagi-lagi Alia kecewa tak bisa mendekati idolanya.
Alia dan teman-temannya hanya bisa mengambil gambar dari jarak jauh. Dan setelah itu, harus rela Prince masuk ke dalam ruang keberangkatan.
"Lagi-lagi gagal," keluh Alia.
"Hey, Miss Naina katanya kemarin ketemu di luar?" Gia memandang Alia. Teringat foto yang diunggah Alia. Meski mengaku foto jepretan sendiri pada teman sosial medianya, Alia jujur pada ke tiga sahabat barunya.
"Kau kan tahu kakak itu benci artis. Dia memotret Prince juga karena tahu aku menangis." Keluhnya dengan lemas.
"Ah, lupa. Dia hater Prince." Gia meluruskan kakinya di trotoar.
"Bukan hater," bela Alia. Meski kadang tidak sepaham, tapi mereka saling menyayangi.
***
Prince tiba di London untuk shooting film barunya bersama Renuka. Ya, saat ini mereka pasangan paling favorit. Dengan alasan bisnis dan demi kesuksesan film, Prince harus selalu memuji Renuka di depan awak media, bahkan menggodanya dengan manis, ah kesemua itu hanya demi kepentingan promosi film.
Itu sangat disukai oleh fans. Uniknya, ada beberapa fans yang terbawa perasaan hingga mereka menganggap itu real, bahwa mereka saling menyayangi dan mencintai. Hanya saja terhalang karir mereka, hingga belum meresmikan hubungan pernikahan. Tak jarang menjadikan fans lebih posesif. Mereka hanya suka Prince dengan Renuka saja, atau dengan Ishika saja. Sesuai perasaan mereka.
Berbeda dengan Alia, dia tak peduli idolanya dengan wanita manapun. Dia akan tetap suka dan mendukung. Bahkan tiap malam Alia akan bangun hanya untuk berburu foto-foto terbaru Prince di luar negeri. Beberapa fans yang bertemu pun heboh mengunggah foto selfie mereka.
London sedang bersalju bulan ini. Prince memakai mantel mengingat cuaca di luar dingin. Dia harus beradegan dramatis dan romantis kali ini, di sebuah jalanan. Semua sudah di setting sedemikian rupa. Bahkan Renuka sudah siap dengan saree super seksi meski tampak kedinginan dan masih memakai jaket tebal. Dan akan dilepaskan saat kamera mulai dinyalakan.
Dalam film ini, dia memakai nama asli, Prince dan Renuka sebagai Anjana.
"Rolling camera!" sutradara memberi aba-aba, Renuka membuka jaketnya, "and ... action!"
"Prince, bawa aku lari dari sini. Aku tidak bisa hidup tanpamu."
"Anjana, kau benar ... kita akan hidup selamanya bersama. Meski hanya ada kau dan aku di dunia ini. Hanya kita."
"Prince ...."
Renuka mulai memejamkan matanya, dan Prince mulai memandang bibir lawan mainnya yang tampak pink pucat. Bibir mereka bersentuhan.
'aku melihat artis itu aneh. Mereka seolah merasa manusia paling bebas, hingga ... mencium siapa saja yang bukan pasangannya. Bahkan berciuman bibir, atau adegan yang sangat intim. Itu mengerikan bagiku. Aku melihatnya ketika ada iklan film di televisi,'
Tiba-tiba kalimat itu terngiang dan seketika Prince menjauh dari Renuka.
"Cut!" teriak sutradara kesal, "Prince, are you okey?" katanya dengan heran.
"Ulu hatiku sakit karena dingin." Prince mencari alasan bagus.
Seketika syuting dihentikan.
"Kau baik-baik saja?" Renuka duduk di samping Prince sambil meniupkan udara dari bibirnya yang tipis.
Hanya dibalas anggukan oleh Prince yang sibuk menyesap susu panas yang diberikan teamnya.
"Akhir-akhir ini kau jadi pendiam." Kembali Renuka membuka obrolan.
"Ya, aku sedang banyak pekerjaan seperti kau tahu. Dan ... sepertinya kondisiku kurang fit," jawabnya penuh alasan.
Renuka langsung mengelus tangan Prince dan tersenyum manis. Prince hanya mengecup tangannya sebagai balasan.
"Tapi kau terlihat beda." Renuka menatap pria yang dulu selalu agresif padanya.
Benarkah?
Bahkan sang superstar itu tak tahu dirinya kenapa jadi berbeda.
***
Prince kembali ke India untuk promosi filmnya yang lain, sebuah biopic dari pemain kriket ternama India, Sachin Tendulkar. Promosi akan dilakukan di beberapa tempat dan kota. Berhubung film ini tidak ada leading lady, jadi dia akan melakukan promosi seorang diri.
"Hari ini kita promo di kampus Mumbai," ujar Govind.
Prince hampir tersedak dan menoleh, tampak dia merasa senang. Entahlah, apa yang membuatnya senang.
"Pertemuan keempat kita," bisiknya sambil segera bersiap.
Di kampus semua tengah dipersiapkan dengan baik. Alia berulang kali menemui para panitia agar diijinkan bertemu dengan idolanya. Tapi tetap saja nihil.
"Yaa Tuhaan, apa kalian tidak tahu followerku di twitter paling banyak dan Prince juga memfollow akun Fcnya? Dan akulah adminnya." Alia kesal.
"Aku tahu Alia, tapi yang mengatur semua ini timnya Prince. Bukan kita," ujar ketua Senat.
Alia mendengus kesal.
Naina masih sibuk mengajar di kelasnya. Meski tak lama terdengar teriakan histeris dari lapangan di luar sana.
"Miss, kami ingin melihat Prince," ujar seorang mahasiswi.
"Kalian boleh keluar kapan pun kalian mau." Naina datar.
Namun mereka sadar radar, itu artinya mereka dianggap tak hadir di kelas.
Suasana makin riuh saat terdengar lagu demi lagu dari film Prince, dan disana para dancer masih menari membuka acara untuk menghibur fans, karena Prince baru saja datang dan teriakan tadi ketika Prince lewat.
Alia dan kedua temannya juga yang lainnya sangat bersemangat. Mereka ada di barisan paling depan.
"Kalian boleh keluar." Naina merapikan bukunya. Dia juga tidak konsen dengan suara berisik itu. Semua bahagia dan langsung berhamburan keluar ruangan menuju lapangan. Sedang Naina masuk ruang dosen.
"Tidak ke lapangan Miss Naina?" tanya teman dosennya.
"Tidak Mrs, aku harus menyeleksi banyak tugas mahasiswa." Jawabnya dengan sopan.
"Oke, kami ke sana ya. Kita sudah disiapkan tempat khusus lhoo untuk menonton dari dekat," lanjutnya.
Naina hanya tersenyum manis sambil mengangguk.
Siapa peduli? Itu jawaban hati Naina.
"I love you girls ... boys ... princesaatiya!!" teriak Prince dan belum muncul di panggung.
Semua berteriak semakin histeris saat lagu yang enerjik diputar dan Prince melompat dari tengah stage diiringi para dancer.
"Prince...!!!" teriak Alia dan yang lain.
Prince menari meski itu bukan dari lagu film barunya. Semua semakin histeris karena itu lagu favorit mereka.
Naina meniupkan napasnya, tanda tak konsentrasi membaca tugas mahasiswa. Dia keluar dan melihat dari balkon ruang dosen, hampir semua penghuni kampus turun kesana.
"Oke, aku akan melemparkan bola kriket ini. Yang berhasil menangkapnya akan naik kemari. Yeah!" teriak Prince.
Semua harap-harap cemas.
Satu bola dilepaskan. Dan yap! Seorang gadis langsung histeris dan naik ke panggung. Setelah ditanya seperti apa kecintaannya pada Prince, dia juga ditanya sudah nonton trailer film terbaru dan lain sebagainya. Setelah selesai, dan diberi bingkisan, sang penggemar turun. Tak lupa peluk dan cium serta selfie bersama.
Prince kembali mengambil bola. Matanya tertuju ke arah para dosen yang memiliki tempat khusus. Tapi sayang, yang dia cari tak ada di sana. Prince melemparkan bola kembali. Dan seorang penggemar naik lagi. dan kali ini mengajak sang penggemar menari.
Naina memutuskan pulang, karena pasti Alia juga tidak akan mau diajak pergi. Jadi dia memilih keluar dari kantor dan menuju parkiran. Dia sempat menemui rekan dosennya di lapangan memberitahu kepulangannya. Lalu dia berjalan menjauh dari keramaian.
Prince melempar bola lagi, kali ini aga keras karena menggunakan tongkat kriket hingga terlempar cukup jauh.
"Miss, awas!" teriak penjaga parkiran yang melihat bola melesat ke arah Naina.
Dengan cepat Naina menangkap bola itu dan semua berteriak histeris. Naina bingung ketika semua orang meminta bola itu padanya. Dia mengernyitkan alis dan berjalan ke arah kerumunan.
"Miss berikan bolanya untukku!" teriak mereka.
"Maaf, sesuai peraturan yang mendapatkan bola harus naik ke atas stage dengan Prince," ujar panitia mendekati Naina dan para mahasiswa.
Mereka tampak kecewa. Naina hanya membulat bibirnya, lalu mendekat ke panggung. Tampak Alia cemberut memandangnya. Naina tersenyum dan melemparkan bola itu pada adiknya.
"Maaf, Nona, kenapa menolak? Itu bisa menghancurkan reputasi artis kami. Aku mohon. Naiklah." Panitia dari tim Prince keberatan.
Alia yang sempat senang memiliki kesempatan naik ke panggung jadi mengkerut kembali, dia tak mau reputasi Prince jatuh dan hancur karena penolakan kakaknya.
"Naiklah kak, demi aku," bisiknya menyerahkan bola.
"What??!" Naina langsung menoleh ke arah panggung, dimana Prince tengah menatapnya dengan senyuman.
Bersambung
Komen ya gaes biar aku tahu kalian ada wkwkwkw
Login untuk melihat komentar!