WANITA DI DALAM RUMAH DINAS SUAMIKU (Bab 1)
#Wanita_di_Dalam_Rumah_Dinas_Suamiku
-Siapa Suara Wanita dalam Telepon itu-
“Hallo, Mas … hallo ….”
Kenapa Mas Betara meneleponku tapi tak berbicara? Panggilannya dibiarkan saja on tanpa sedikitpun dia menyapaku dari seberang sana. Hanya terpencetkah gawainya? Terdengar ia sedang berbicara, sepertinya sedang berbicara dengan seseorang. Suaranya dibarengi dengan deru mesin mobil yang sedang melaju.
“Mas ….” sapaku sekali lagi lebih keras. Tak terdengar jawabannya. Namun selanjutnya aku mendengar suara seorang wanita, berbicara.
“Ha ha ha, Mas Betara, nih, kok lucu. Gemes ‘kan jadinya. Bener, ya, Mas janjinya. aku akan selalu inget, loh,” ucapnya manja. Aku masih bisa mendengar suara itu jelas meski di antara desau bisingnya mesin mobil.
Siapa wanita itu? Kenapa nada suaranya begitu manja dengan suamiku? Tak ada suara lain di dalam mobil selain dua orang itu.
“Mas, kamu sedang berbicara dengan siapa?”
Flip! panggilan itu terputus.
Mendadak perasaanku tak enak. Pikiran menjadi berkecamuk begitu saja membayangkan apa yang barusan terjadi. Jadi suamiku sedang berduaan dengan seorang wanita dan gawainya tak sengaja terpencet di panggilan telepon? Memanggilku?
Sudah dua bulan Mas Betara tak pulang dari kota tempatnya bekerja. Sejak anak kami bertambah satu, ia jadi makin jarang pulang. Aku memakluminya, selain karena pekerjaannya saat ini menurutnya makin sibuk, ia juga pernah berucap lebih baik uang tiket pesawat pulang perginya ditabung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kami yang memang semakin besar.
Tapi barusan, suara wanita di telepon itu? Apakah sebenarnya selama ini Mas Betara sedang berbohong?
Tiba-tiba aku juga jadi teringat, belakangan ini ia lebih jarang menghubungiku. Saat menelepon hanya sesaat dan itupun tergesa-gesa. Ada apa dengan suamiku?
Aku menyimpan semua kecurigaanku, sampai suatu hari ia pulang ke rumah.
Anak-anak berlari memeluknya hangat, mencium tangannya diikuti aku yang juga tetap mencium tangannya takzim.
Memasuki rumah, di kamar, aku memeluknya erat, setelah berbulan tak bertemu, rasa rindu yang menggayut di hati kutumpahkan dalam hangat dadanya. Tapi sayang indra pembauku, kenapa mencium sesuatu yang beda. Wangi tubuhnya, lebih tepatnya parfumnya, seperti tercium parfum manis khas seorang wanita. Ah, aku mencoba menepis kecurigaanku. Khawatir penilaianku terpengaruh oleh kecurigaanku sendiri.
Kulepas pelukanku. menatap bajunya lalu ketika aku menatap wajahnya, kudapati ia yang tengah menatapku dengan tatapan yang sulit kuterjemahkan. Kami jadi seperti sama-sama asing. Saling tatap dalam kebisuan.
Lelakiku itu beranjak meninggalkanku. Menyambar handuk yang tergantung di dekat wastafel dan pergi mandi. Tidakkah ia lelah? Kenapa ia ingin langsung mandi?
Entah kenapa seketika terbersit ingin lekas menggeledah gawainya, ketika ia sudah menutup pintu bathroom.
Kudapati gawai suamiku ini dalam saku celana yang ia gantung di balik pintu. Sayangnya gawai yang telah berada dalam genggamanku ini, kenapa jadi berpassword? Mas Bentara, kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya ….
Dahiku mengernyit sempurna, hatiku berkata, ada sesuatu terjadi.
Puluhan tanggal-tanggal penting dalam hidupnya, kuingat satu-satu, jangan sampai salah, sebab mungkin tiga kali salah memasukkan password, gawai ini akan terblokir. Dadaku berdebar hebat. Kumasukkan salah satu kode, salah!
Kuingat kembali angka-angka yang mungkin bisa menjadi salah satu password gawainya.
Gotcha! dapat! empat angka terakhir nomor handphonenya.
Terbuka, terlihat deretan chat yang belum terbaca di sana. Berkejaran dengan waktu, segera kupindai whatsappnya, agar aku bisa mengakses komunikasinya melalui whatsapp web pada laptop yang menyala di meja kamarku. Setelah berhasil, kusetting password laptop. Melihat tanda-tanda lelaki itu akan keluar kamar mandi, gegas kusetting mode tidur pada gawainya dan meletakkan kembali pada saku celana panjangnya.
Malam harinya, ketika suasana sudah sepi, anak-anak sudah tidur. Aku memulai sebuah pertanyaan kepada suamiku.
“Mas, bukankah anak-anak sekarang sudah besar. Seperti janjimu akan mengajak mereka pindah ke kotamu bekerja jika sudah SD semua. Bisakah jika kami mulai ikut denganmu saat-saat ini?”
Mata itu sedikit membulat tiba-tiba, menatapku. Tapi kemudian beberapa detik kemudian berubah menjadi manis.
“Dek, maaf sepertinya nggak bisa. Setelah Mas amati, kalian lebih bagus tinggal di sini. Ternyata kualitas pendidikan di sana kurang bermutu. Rawan kejahatan juga,” balasnya.
“Mas kenapa kamu jadi berubah pikiran seperti ini? Bukankah dulu-dulu, kondisi tinggal bersama ini yang sangat kamu harapkan. Ini aneh, Mas."
“Sudah, ya, Mas capek, Mas mau tidur,” lanjutnya kemudian. Ia menghadap ke samping membelakangiku lalu memeluk gulingnya erat. Tak ia perdulikan aku yang masih duduk termangu di sebelahnya.
Ada apa dengan Mas Betara, kenapa dia tak antusias terhadapku malam ini? Ia sama sekali tak menyentuh dan tertarik padaku yang sudah berdandan cantik untuknya. Ditambah ia mengelak untuk sekedar berdiskusi denganku. Ini tak seperti kebiasaannya. Selelah apapun, setelah berbulan tak bertemu, ia akan meyambut malam kebersamaan pertama kami kembali dengan penuh hasrat.
Aku harus cari tahu, apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah memastikan ia tidur terlelap. Aku membuka laptop. Menuntaskan penasaranku yang semakin menjadi. Menekan halaman whatsapp web dan membuka deretan chat suamiku di sana. Sepintas semuanya seperti aman-aman saja. Chating-chating terkait pekerjaan kantornya dengan rekan kerja.
Sampai tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tanpa nama, terbaca olehku.
[Sudah tidur, Sayang?]
Seketika detak jantungku melompat.
Apa? Sayang? Siapa wanita ini?
Ada yang bergemuruh dalam dada. Menyadari ada seseorang yang mengirim pesan dengan sebutan yang tak sepantasnya dikirim kepada lelaki bersuami.
Mengeksplor profilnya, tertera sebuah nama di sana. Nona. Sayangnya tak kudapati photo profilnya di sana.
Ragu, aku coba membalas.
[Belum, Sayang.]
Langsung bercentang biru. Seseorang di sana sedang mengetik.
[Kenapa belum? Katanya lelah, Sayang, setelah permainan subuh kita tadi, kamu pasti capek ‘kan? Di sana jangan lama-lama, ya. Segera kembali ke sini. Aku merindukanmu.]
Degh! Apa-apaan ini, Dadaku bergejolak lebih dahsyat lagi menyadari suamiku ternyata telah berani-beraninya bermain api di belakangku. Dia telah berhubungan dengan seorang wanita sejauh itu tanpa pernah aku tahu. Jadi ini bukan pesan salah kirim. Jelas pesan wanita itu untuk suamiku! Dia me-reply dengan sangat-sangat baik chat balasanku.
Keterlaluan kamu, Mas!
Aku berjanji setelah malam ini, akan kutelusuri semuanya, untuk membongkar dan membuka pengkhianatanmu padaku dan anak-anak!
stop or next?
Login untuk melihat komentar!