14
POV Aswin 

Aku memijat-mijat kepala yang terasa berat sambil beranjak bangun, pelan membuka mata, langsung terkejut begitu menatap sekeliling. Di mana ini? Jelas ini di dalam ruangan. Tapi bukan ruang tamu yang sempat kudatangi, ini di ....

Kembali kutatap sekeliling, dinding terbuat dari bilah-bilah papan yang disatukan, atap dari asbes, dengan lantai semen kasar. Samar terdengar nyanyian dan bau ikan asin. Nampaknya seseorang sedang memasak tak jauh dari sini.

"Lutfi!" 

Aku beranjak dari ranjang, di mana Lutfi? Kepala rasanya berat. Tiba-tiba saja aku teringat kejadian semalam, saat segerombolan orang menyerang saat motor yang dikendarai Deni dengan Lutfi yang tak sadarkan diri di tengah sementara aku duduk di belakang. Al. Tak salah lagi, ada Al di antara orang-orang itu.

Aku mengusap wajah yang terasa sakit. Mereka pasti menghajar tanpa ampun sampai seluruh badan rasanya begini sakit. Saat melongok ke bawah, ternyata ada Deni yang sedang mendengkur pelan. Wajahnya lebam dan kebiruan. Nampak darah yang sudah mengering di hidung dan bibirnya. 

Dek ... sajak e kok ono perlu ... 
Sek isuk kok nangekne aku ...

Suara itu kini mendekat. Deni membuka matanya, lalu tertawa pelan.

"Siapa sih yang nyanyi-nyanyi, tidurku jadi terganggu."

"Bangun, Den!"

Deni menurut. Segera ia duduk, menatap sekeliling dengan matanya yang masih mengantuk.

"Kita di mana?"

Aku membuang napas. Berusaha menekan emosi. Tenang, Aswin. Jangan gegabah. Ada dua kemungkinan saat ini, sekarang sedang berada di rumah seseorang yang sudah menyelamatkanmu, atau sedang diculik. Diculik? Rasanya tak mungkin karena tangan tidak dalam keadaan terikat, bisa saja melarikan diri.

"Hai Mas-maas, udah bangun?"

Seorang gadis bertubuh mungil menghampiri dengan tangan membawa tampah berisi nasi, sayur bening dan ikan asin. Di letakkanya di hadapan kami, lalu duduk di depanku dan tersenyum lebar.

"Kenalkan, Namaku Swastika. Panggil aja Tika. Primadona di kampung ini," katanya dengan wajah riang. Matanya yang dinaungi bulu panjang nan lentik mengerjap pelan. Pipi kemerahan, dengan bibir mungil dan hidung bangir.

"Mas, yuk makan dulu."

"Ini di mana?!" tanyaku tanpa basa-basi.

Tangan terkepal kuat saat teringat Lutfi. Deeek, kamu di mana? Mas sangat khawatir. 

Aku memejamkan mata, menyesal saat ingat rengekannya agar tak meninggalkannya sendirian. Malam itu, aku hanya ingin segera sampai ke rumah Deni, maka langsung berlari sekencang-kencangnya lalu bersama Deni menjemput Lutfi yang telah tergolek tak sadarkan diri.

Lutfi ... 

Tanganku terkepal. Apa yang terjadi dengan Lutfi sekarang? Apa ia sehat? Apa Al tak macam-macam pada kekasihku itu? Sungguh tak pernah kusangka akan melihat Al di antara yang lain. Apa makhluk itu sudah gila, membawa pergi seseorang yang sejak dulu menolaknya? Pacar dari sahabatnya sendiri? Dan aku, kenapa terus berdiam diri di sini? Cari Lutfi. Cari!

Aku lekas berdiri. Mata memandang sekeliling. Di mana tas dan barang-barangku? Tidak terlihat di mana pun.

"Mas cari apa? Yuk, makan dulu." Tika mendongak, memandangku dengan wajah takut-takut.

"Di mana ini?!"

"Ini di Mesuji, Mas. Mas di rumahku."

Aku masih di desa. Syukurlah. 

"Kenapa aku bisa sampai sini?!"

"Aku menemukan Mas di halaman rumahku."

"Di mana barang-barangku?!"

Wajah Tika memucat. "Aku ... aku gak tau, Mas. Dan ... kenapa Mas galak banget? Aku udah menolong Mas."

Aku menyentak napas. Sebenarnya tak bermaksud bersikap kasar, tetapi pikiran tentang Lutfi membuatku tak bisa fokus. Aku harus mencarinya segera. Harus. Sekarang juga!

"Aswin, tenang dulu. Tenang. Kita pasti temukan Lutfi."

"Ayo Mas, makan dulu."

Aku menurut, segera saja menjejalkan makanan ke mulut dengan cepat. Pikiran sama sekali tak bisa konsentrasi. Lutfi, tunggu Mas. Mas pasti temukan kamu.

Temaan, cerita ini akan segera dikunci, yaa. Kalian bisa membukanya pakai koin. Isi yang 25 ribu cukup untuk membaca cerita ini sampai tamat. Klik koin di pojok kanan atas halaman depan KBM App, lalu tinggal pilih mau bayar pakai apa. Yang bingung, silakan WA. 0812-1029-4355

Cerita ini juga tersedia versi novel. Hanya tinggal beberapa jadi yang cepat dia yang dapat. Gak perlu nunggu PO. Langsung kirim. Judul di novel 'Destiny of Love. Harga 80.000 belum sama ongkir. Wa saja 0812-1029-4355