Seiring dengan berjalannya situasi dan kondisi yang semakin modern, manusia seringkali lupa jalan kemana tujuan setelah hidup ini usai. Tentu memilih untuk hidup bahagia. Seperti kata Amsal dalam bukunya Setiap orang yang cerdik akan bertindak dengan pengetahuan. Setiap pilihan akan terasa bijaksana apabila pandai membedakan mana yang benar dan yang salah. Sama halnya ketika meraih surga tentu untuk mencapai keberhasilan ini agar berujung surga. Dalam buku The rule of life human bahwasannya Ada jalan yang lurus dalam pandangan seseorang, tetapi ujungnya adalah kematian. Jalan kematian dalam hal ini diartikan sebagai jalan menyesatkan. Kebanyakan manusia salah jalan dalam perjuangan meraih surga Allah ketika salah memilih pergaulan. Cara bergaul seseorang dengan manusia lainnya menjadi penentu kepribadian kita. Sangat penting memiliki pilihan yang tepat dengan siapa kita harus berteman, bukan berarti yang lain di jauhi, dalam syariat tidak ada aturan seperti itu.
Ketika akan memutuskan suatu persoalan dalam hidup tentu harus didasarkan keputusan sendiri yang dianggap benar, tidak mudah terpengaruh ucapan yang menjerumuskan, serta bersandar pada hati nurani. Hakikatnya, hati yang tidak terinformasi dan tidak terlatih dapat membuat kita berpikir jalan yang salah adalah jalan yang benar (dianalisir dari Yeremia 17:9). Inilah pentingnya kita mempelajari firman Allah setiap ayat al-quran yang mengandung unsur kebenaran yang nyata, agar pikiran senantiasa terlatih untuk pandai mempertimbangkan apa yang memang hal yang disyariatkan ataupun jauh dari ajaran Allah. Jelas bahwa orang yang tidak beriman tidak bisa memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Sebaliknya, orang yang beriman akan senantiasa melakukan hal benar di mata Allah, di setiap urusannya, manusia tersebut akan senantiasa bersandar kepada Allah yang Maha Adil dan Benar.
Memang beginilah keadaan manusia yang tidak sempurna, cenderung egois dan mememtingkan diri sendiri di setiap aspek kehidupannya, manusia lebih menyukai orang kaya daripada orang miskin. Padahal berbagi dan membantu manusia yang berada di fase sulit merupakan cara kita mempertimbangkan kehidupan untuk melakukan setiap hal yang Allah suka agar dalam hidup selalu dalam ruang lingkup keberkahan yang Allah ridhoi. Karena perkembangan zamanlah, manusia seringkali lupa akan kodrat dan tujuan hidup di dunia padahal kehidupan bersifat sementara. Manusia istimewa adalah kecenderungan dan kecondongannya kepada sikap keseimbangan dan keadilan serta kebijaksanaan menentukan pilihan jalan hidupnya.
Kita harus pandai menyadari perbuatan yang tidak sesuai aturan Allah (perbuatan zalim) bahwasannya akan kembali kepada pelakunya di dunia ini. Di dunia pun mendapat teguran, apalagi di akhirat balasan Allah akan seimbang dengan apa yang diperbuat. Dua perbuatan yang disegerakan siksanya di dunia ini adalah berbuat zalim (al-Baghyu) dan mendurhakai orang tua (uququl walidaini). Dianalisir dari hadits Arba’in. Ketika mempertimbangkan kehidupan, bahwa perlu diketahui pula orang beriman itu bagian dari keluarga besar kaum muslimin di seluruh dunia. Sehingga keyakinan dan keimanan manusia kepada Allah bukan ikatan bersifat lahiriyah yang semu. Penciptaan manusia, bumi dan seisinya bukan sekedar permainan.