BANGUN CINTA
Azbar orang yang pintar, dikenal religious, sifatnya yang cool dengan pemikiran yang cendrung lebih dewasa dibandingkan temannya menjadi pelengkap ketertarikan hati Rummi. Minggu silih berganti, Rummi dan Azbar semakin dekat dengan diam-diam tanpa banyak orang yang tahu. Masa itu masih zaman BBM, mereka chat setiap hari bahkan setiap waktu senggang keduanya dan tak jarang untuk telfonan hingga larut malam. Mereka juga saling mengingatkan berbagai hal seperti salat, berpacu membaca buku dan pretasi sekolah, hingga pada beberapa lomba mereka adalah partner bahkan saingan.
Selarasnya kebiasaan dan latar belakang yang mereka miliki membuat Rummi berfikir memang Azbar orang satu-satunya yang nanti akan ia dampingi, membimbingnya, dan menjadi imam salatnya. Bagi Rummi, suatu kombinasi yang sempurna untuk saling berpacu produktif bersama hingga mencapai tujuan hidup dunia dan akhirat bersama Azbar. Dapat saling mengisi kekurangan, berdampingan dalam kebaikan dan menjadi sahabat terbaik untuk mengingatkan satu sama lain. Rummi yang berjurusan IPA dengan logikanya yang kian matang dan Azbar berjurusan agama dengan pemikirannya yang luas.
Sekian purnama berlalu dan Rummi masih tak dapat mengelak dari kegelisahannya. Ia tahu bahwa hal yang ia lakukan bersama Azbar belumlah hal yang wajar. Belum seharusnya mereka kenal dan saling berbagi hingga saling bergantung satu sama lain. Mulai sedari kecil hingga tiga tahun masanya di pesantren tak ada satu pun yang membolehkan untuk sangat dekat dengan yang bukan keluarganya, dengan lawan jenisnya. Tak ada dalil Al-Quran maupun hadist ia temui yang memperbolehkan berjuang bersama meski dalam kebaikan dengan seseorang yang bukan muhrimnya.
Rummi tak mungkin begitu saja meninggalkan Azbar yang telah mmendukung seluruh kegiatannya dan menjadi penguat ketika hal sulit tiba. Dia tak sampai hati jika mengingat keluh kesah, suka duka bersama Azbar selama ini. Hari-hari berlalu dan Rummi terus berdoa agar dia dan Azbar diberikan jalan terbaik oleh Allah. Sangat bersyukur telah kenal dengan Azbar yang menjadi teman terbaiknya untuk berjuang bersama. Yang dia temukan hanya Azbar, tidak pernah dia lihat pada diri orang lain. Namun belum adanya ikatan halal diantara mereka tentu tidak menjadikan ini bernilai pahala atau mungkin malah sebaliknya.