BANGUN CINTA
Berdasar teori yang dikemukakan Sigmud Freud dalam teori psikoanalitik pada teori struktur kepribadian dapat dipahami bahwa sifat egois pada diri seseorang sangat wajar karena memang begitu fitrahnya manusia. Setiap orang terlahir disertai dengan seluruh kebutuhannya yang hendak segera terpenuhi dan terpuaskan. Setiap orang memiliki keinginan yang berbeda-beda, tak jarang jika keinginan-keinginan ini saling berseblahan hingga dapat ditempuh bersama agar lebih cepat terpenuhinya. Namun juga tak sedikit keinginan yang berbenturan dan memicu berbagai konflik.
Id yang merupakan nafsu untuk pemenuham dan kepuasan berbagai hal. Id kemudian dikontrol oleh ego dengan pertimbangan pertimbangan yang sudah dianalisis oleh super-ego. Maka bisa kita ambil benang merah jika super-ego seseorang baik maka akan baik lah seluruhnya. Karena super-ego merupakan hati nurani yang menjadi penentu seluruh yang ada pada diri seseorang.
Dicontohkan pada transaksi di sebuah toko makanan, A dan B sama-sama menginginkan puding pisang. Akan tapi desert yang satu ini sudah hampir habis terjual dan yang tersisa hanya satu porsi puding pisang. Dalam keadaan tersebut A dan B memiliki beberapa opsi yang dapat dilakukan, pertama A dan B bisa bertanya pada penjaga toko kepada siapa puding itu akan dijualnya. Kedua, salah satu dari A dan B dapat memakan puding pisang itu karena satu diantaranya mengalah. Terakhir A dan B bisa sama-sama memiliki puding itu jika keduanya mau dan sepakat untuk saling berbagi.
Situasi saat pembelian desert puding pisang ini sering dijumpai dalam hubungan dengan pasangan. Terkadang pada waktu yang bersamaan ada tujuan yang tidak bisa dilangsungkan keduanya, mungkin terkendala biaya atau harus mengurus bisnis yang lain, waktu untuk pendidikan, dan sebagainya. Maka dalam hal ini perlu kesepakatan, ada yang mengalah, dan saling memahami hingga bisa menentukan mana yang lebih prioritas.
Perlunya pengelolaan ego akan membuat diri sendiri menjadi lebih baik menanggapi hal yang ada di sekitar. Tapi jika diri itu tak kenal dengan egonya, tak bisa membedakan mana ego lalu juga susah membedakan mana prioritas dan bukan, maka ego itu yang akan menghancurkan hubunganya dengan sang kekasih. Tak hanya itu ego juga dapat mengancurkan harapan atau cita cita dirinya sendiri. Secara psikologis, ego yang cepat disadari dan kemudian ditekan oleh kesadaran diri akan menghasilkan diri yang stabil. Kebiasaan ini bila sering dilakukan akan mengantarkan seseorang sampai pada kedewasaannya.