"Kang, mau kemana?" aku merasa heran karena tidak biasanya Kang Arif pagi pagi sudah rapi dan sudah sarapan tanpa menyertakan aku.
"Ada sedikit urusan kantor, agak repot hari ini, mungkin tidak bisa makan siang sama sama,Sayang juga sibuk kan?" jawabku dengan anggukan.
Aku tidak yakin Kang Arif melakukan apa yang dikatakannya. Tapi misi yang harus dikerjakan hari ini jangan sampai dia tahu. Aku harus pergi, jangan sampai dia mengajakku.
"Berangkat duluan ya, nanti juga ada klien datang dari Bandung." ujarnya.
Aku kembali mengangguk. Agak lega. Kang Arif memelukku sebentar dan membungkuk mengecup kening. Dan berlalu, melambaikan tangan karena aku tidak beranjak dari kursi, dan kembali menyantap makananku.
Aku meraih ponselku yang sejak tadi di atas meja. Membuka aplikasi hijau dan mengklik nomor kontak seseorang.
"Pak, pastikan semua tetap dalam kendali saya, kunci semua berkas dan salin semua laporan perhari kirim ke email saya." perintahkan,setelah mendengar jawaban Pak Ridwan aku menarik napas lega.
Tugas pertama yang diperintahkan kakek hari ini harus dikerjakan, dan harus lancar. Meskipun aku tidak tahu kenapa tugas ini harus dilakukan secepatnya seperti kata kakek.
Aku bersiap siap mengurus surat surat membalikan nama perusahaan perusahaan orang tua ku atas namaku dengan surat kuasa yang sudah disiapkan Papa dan Opa.
Memanggil semua yang berurusan dan telah diintruksikan orang tua ku. Meski aku sebenarnya tetap bertanya tanya dalam hati tentang ketidak-tahuanku apa tujuan mereka dengan intruksinya. Tapi apa salahnya dilakukan. Orang tua pasti ada alasan.
Ya, aku tidak tahu apa alasan semua orang pergi tiba tiba pun apa hubungannya dengan semua yang harus dirahasiakan dari Kang Arif.
Setelah semua berjalan lancar dan selesai, aku memerintahkan notaris untuk menyalin dan melegalisir semua surat. Menyimpan legalisirnya, sementara yang asli sesuai perintah kakek akan kusimpan di brankas depositku di sebuah Bank.
Bank yang juga harus tanpa sepengetahuan Kang Arif.
Keluar dari Bank aku kembali ke kantor dan melihat GPS mobil Kang Arif. Ya, tanpa sepengetahuan Kang Arif, bahkan Papa sudah memerintahkan orang memasang GPS di semua mobil yang mungkin Kang Arif akan gunakan, juga memasang cctv tersembunyi di rumah Mama, Opa dan Rumah mertua ku. Dirumah mertuaku tentunya tanpa sepengetahuan mereka.
Semua sudah terhubung dengan laptop yang diberikan oleh Papa sehari sebelum berangkat. Semua file dan laptop dengan sandi yang hanya bisa dibuka dengan sidik jariku. Semua sudah terkondisi dengan rapi. Apa maksudnya aku belum tahu. Dan karena pekerjaan begitu banyak, aku belum terlalu memikirkan hal buruk.
Drrrtt Drrrrrt Drrrrrrt
Video Call dari Bu Rita. Ku angkat. Terlihat Bu Rita mengarahkan layar ke laptopnya. Dan menggerakkan layar ke sampingnya dengan agak cepat. Tapi kemudian hubungan telepon mati. Aku terkejut. Tadi itu apa? Bayangan Kang Arif menuju ruanganku. Tapi tidak sendiri. Ada seorang wanita bersamanya.
Aku yang tengah di ruang rahasia, yang hanya diketahui Bu Rita langsung melihat layar monitor cctv.
Kang Arif tampak mempersilakan perempuan itu masuk. Perempuan itu melihat ke arah atas bawah dan menggunakan pendeteksi. Mungkin dia mencari tahu apakah ada cctv atau tidak. Tentu saja cctv tersembunyi yang terpasang canggih ini tak akan terdeteksi. Karena ditempatkan di depan pintu rahasia yang berlayar putih sama dengan semua dinding. Bahkan cctv ini dari berbagai sisi ruangan.dengan layar tertempel bak dinding biasa.
Setelah yakin tidak ada cctv perempuan itu mengeluarkan beberapa penyadap dan meletakkan di bawah kursiku, bawah meja, sisi pintu, bahkan di bawah pas bunga meja tamu. Lalu Kang Arif membuka laci meja juga lemari memeriksa file dan setelah puas dan cukup lama, mereka meninggalkan kantorku. Aku melihat monitor mencari keberadaan Bu Rita. Ternyata beliau tampak duduk sembunyi di balkon tertutup gorden ruangan Mama.
Sempat terlihat Kang Arif coba membuka pintu ruangan Mama, tapi terkunci dari dalam. Sungguh kebetulan aku tadi mengunci pintu ruangan Mama melalui pintu rahasia yang terhubung dengan ruanganku. Lalu aku masuk ke ruangan ini.
Sebenarnya aku sama sekali tidak menduga hal ini terjadi, dan bukan karena insting, ini karena aku terbiasa tapi dan teliti. Syukurlah semua berguna saat ini.
Ku pencet nomor Bu Rita. "Perintahkan orang membuang penyadap di ruanganku, di bawah kursi, bawah meja, bawah pas bunga, dan di dinding dekat pintu. Cari juga tempat lainnya yang mungkin aku terlewat. Jangan lupa lakukan dengan berpura pura membersihkan ruangan dan tanpa suara. Agar tidak ada suara yang mereka dengar."
"Siap, Non."
"Kalau selesai hubungi aku, karena aku mau tidur dulu. Dan ga mungkin keluar dari sini kalau urusan itu belum selesai."
Terdengar tawa Bu Rita. "Siap! siap! Non."
Terlihat Bu Rita menelpon, tak berapa lama dia OB masuk ke ruangan kerjaku dengan alat pendeteksi.
Aku menghela napas. Timbul keingintahuanku kemana perginya Kang Arif setelah dari kantor. Aku terkejut melihat mobilnya berada di sebuah hotel bintang lima yang cukup jauh dari lokasi kantornya maupun dari rumah. Apa yang dilakukannya di sana? Tadi pagi memang dia mengatakan akan bertemu klien dari Bandung dan akan makan bersama.
Siapa sih klien yang dimaksudkan?