Apakah Boleh Anak Diberi Hukuman? Yuk, baca!
"Pada saat bicara tentang hukuman. Saya tuh, sangat menghindari menggunakan kata hukuman. Karna sebetulnya hukuman itu, sifatnya punitif. Dan seolah-olah yang kita lakukan adalah memberikan ancaman, agar anak nurut atau tidak melakukan sesuatu. Karna dia takut pada hukuman yang diberikan. Yang ingin kita tumbuhkan itu kedisiplinan diri. Yang ingin kita tumbuhkan adalah kesadaran." Terang Najelaa Shihab

Menurut Najelaa shihab, atau akrab dipanggil Elaa. Penggunaan kata hukuman sangatlah ia hindari. Karna yang ingin ditumbuhkan dari dalam diri anak adalah kedisiplinan. Yang ingin ditumbuhkan itu kesadaran diri. Sedang hukuman itu sendiri bersifat punitif. Sehingga seolah-olah kita memberikan ancaman agar si anak mau nurut atau tidak mengulangi perbuatannya. Karna anak takut pada hukuman yang diberikan.

Elaa menambahkan, bahwa "Sebetulnya hukuman itu tidak efektif dalam jangka panjang. Karna begitu hukuman berhenti, tapi seringkali malah akan di ulang lagi dalam skala yang lebih besar sampai kemudian dihukum lagi begitu seterusnya. Tidak ada disiplin positif yang internal munculnya dari anak. Sehingga yang coba kita diterapkan adalah konsekuensi."

Nah loh, jadi apa sih sebenarnya perbedaan antara konsekuensi dengan hukuman itu? Hehe.. Berbicara mengenai konsekuensi, pasti konsekuensi itu sangat berhubungan erat dengan kesalahan. Pengertian konsekuensi adalah akibat dari sebuah perbuatan yang dilakukan. Misalnya ketika si anak menjatuhkan gelas sehingga air tumpah membasahi lantai. Maka konsekuensi yang diberikan adalah menyuruh anak mengelap bekas air yang tumpah dilantai sampai bersih. Bukan malah memarahi atau menjewer telinganya.

Kemudian dalam menyampaikan konsekuensi, mesti orang tua tetap akan dengan sikap menghormati si anak. Tidak dengan memarahi atau menjewer telinganya. Sedang hukuman atau menghukum, berarti memberikan sanksi berupa fisik atau psikis kepada anak. Seperti halnya memarahi atau menjewer telinga anak. Atau melarang anak meminum air dari gelas sendiri.

Saat memberikan konsekuensi, kita juga harus tau sebetulnya apa sih yang anak butuh pelajari dari itu. Misalnya ketika si anak kesulitan memegang gelas biasa, maka kita bisa mengarahkan untuk menggunakan gelas yang ada pegangannya. Atau bisa juga dengan menggunakan sedotan sehingga akan lebih mudah tanpa harus memegang gelas dengan tangan. Sampai sini sudah paham, kan? Hehe...

Semoga bermanfaat..