Halo
smart parent... balita adalah contoh makhluk paling agresif di planet ini, dia bisa: memukul, menendang, menggigit, menarik, dan melempar. Saat mereka frustasi, dan dia tidak memiliki kontrol, kekuasaan, atau kemampuan untuk mengatakan apa yang sebenarnya yang mereka inginkan.
Tapi jangan hanya karena perilaku ini normal bukan berarti kita harus membiarkannya begitu saja. Kita perlu membantu anak belajar bagaimana menghadapi emosinya secara lebih produktif (dan beradab).
Sebelum masuk pada pembahasan, terlebih dahulu sebaiknya kita kenali apa itu
agresi pada anak.
Agresi menurut bahasa berarti sekumpulan perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang diarahkan kepada orang atau benda.
Perilaku agresif merupakan bawaan atau dipelajari masih menjadi perdebatan para psikolog. Menurut Sigmun Freud dan Konrad Lorenz, perilaku agresi merupakan bawaan dari lahir. Para psikolog tersebut berpendapat bahwa perilaku agresi merupakan salah satu insting atau dorongan dari dalam diri manusia.
Sedangkan menurut teori pembelajaran sosial yang dicetuskan oleh Albert Bandura, perilaku agresi muncul karena dipelajari. Manusia cenderung mengamati dan meniru perilaku orang lain. Jika perilaku yang diamatinya baik dan menghasilkan respon positif maka seseorang akan meniru perilaku tersebut, begitu juga sebaliknya. Jadi, perilaku agresi merupakan perilaku yang ada pada diri seseorang karena seseorang tersebut meniru perilaku orang lain.
Ketika anak sedang
agresi pastikan kita mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
- Segera Bertindak. Segera setelah kita melihat (atau merasa!) anak kita menggigit anak lain atau bertindak agresif, katakan, "Jangan menggigit, Sayang. Ade juga nggak mau kalau digigit, digigit itu sakit." Atau bisa menggunakan kalimat alternatif lain.
- Pertimbangkan Time-out. Jika anak kita sudah berusia di atas dua tahun, dia sudah mulai dapat memahami konsekuensi-konsekuensi. Menerapkan "isolasi" beberapa saat dapat membantunya kembali kontrol atas perilakunya. Misal: tidak boleh menonton Tv atau bermain play station di hari itu.
- Mengajari Anak untuk Meminta Maaf. Setelah diberlakukan time-out, mintalah anak untuk meminta maaf atas perilaku agresif yang dilakukannya. Pada awalnya, boleh jadi ia hanya akan meniru kata-kata yang kita contohkan. Tetapi semakin dia melakukannya, maka akan semakin baik dia akan mengerti apa artinya: menjadi menyesal dan mengapa harus meminta maaf.
- Menyediakan Cara Yang Lebih Baik Untuk Mengekspresikan Diri. Ketika anak tenang, kita bisa menjelaskan bahwa kita memahami rasa frustasinya, lalu membantunya untuk dapat mengekspresikan perasaan tersebut.
- Membantu Anak Mengerti Perasaannya. Jika anak kita berusia 4 tahun lebih tua, maka kita dapat bertanya bagaimana dia merasa ketika dia sedang marah. Bagaimana degupan jantungnya? Bagaimana pola bernafasnya? Kita dapat menunjukkan cara untuk mengambil nafas dalam-dalam, hitung sampai sepuluh, atau diam-diam menyanyikan lagu sehingga kemarahannya mereda.
Sumber:
- "Hard Parenting" Kiat Menghadapi Perilaku Anak Yang Keluar Jalur (Andri Priyatna, 2011) hal. 2-4.
- POPMAMA.com