"Salah Kaprah Dalam Mendidik Anak"
"Kasih dulu waktu dia menjawab, bukan melawan ya. Hargai perasaan anak, pada saat kita memberi kesempatan menjawab, akan kelihatan kita kasih respek," kata Dian Ibung

Menurut Dian, Psikolog dari Universitas Padjadjaran itu. Saat orang tua menegur anak mengenai suatu hal yang salah, misalnya. Maka berilah ia waktu, ya, waktu untuknya menjawab. Dan bukan malah memberi perlawanan. Kita harus menghargai perasaan anak. Karna dengan begitu, maka akan menimbulkan kesan kepada anak, kalau kita respek terhadapnya. Anak akan lebih mudah diatur dengan komunikasi dua arah semacam ini.

Anak memiliki emosi yang belum stabil, dan belum mampu mengomunikasikan dengan baik apa yang ia rasakan. Sehingga dibutuhkan pembelajaran emosi dengan verbalisasi emosi. Jangan pernah membentak anak. Berikan ia kesempatan untuk menjawab dan melakukan pembelaan atas apa yang ia lakukan. Setelah dirasa cukup, maka tegurlah dengan tutur kata yang baik. Bukan dengan kata-kata kasar yang malah akan membuatnya "down" dan menjadi takut.

Psikolog anak Vera Itabiliana mengatakan, membentak adalah tindakan yang tidak perlu dilakukan karena tidak ada gunanya, baik bagi orang tua maupun anak. Dengan membentak, anak tidak akan mengerti maksud orang tua. Justru hal itu menjadikan orang tua lelah dan energi terbuang sia-sia. Di lain sisi, membentak juga bisa merusak hubungan antara orang tua dan anak.

"Timbul takut dan cemas pada diri anak sehingga, hubugannya dengan orang tua kurang hangat dan dekat, cenderung menutup diri, sehingga yang kita maksudkan tidak akan sampai," katanya.

Ketika anak merasa cemas karna bentakan-bentakan yang ia terima, maka biasanya anak akan takut untuk mencoba hal-hal baru. Kumpulan bentakan itu akan membekas dalam ingatannya. Sehingga akan mengganggu tumbuh kembang anak.

Kemudian menyambung pendapat Dian, ia mengatakan, anak-anak yang dibesarkan dengan kekerasan, kemungkinan besar akan tumbuh menjadi orang tua pelaku kekerasan pula. Sehingga yang timbul adalah lingkaran setan kekerasan dalam keluarga. "Dampaknya apa? Kekerasan tentu menimbulkan cedera fisik, dan kedua, cedera psikis," kata Dian.

Dian juga menggarisbawahi pentingnya reward and punishment. Hargai dan beri pujian, jika anak melakukan sesuatu hal yang baik dan sesuai arahan orang tua. Sebaliknya, jika anak belum mau untuk melakukan hal yang disarankan, berikan hukuman yang masuk akal. Seperti halnya, anak tidak boleh melanjutkan bermain jika belum merapikan mainan yang berserakan di lantai.