Memahami Macam Sumber Luka Pada Anak
"Sering kali kita tidak menyadari bahwa peristiwa yang kita anggap kecil ataupun sederhana ternyata dampaknya sangat besar bagi anak. Ucapan ataupun tindakan yang bagi kita biasa justru bagi anak merupakan sumber luka hati yang sangat mendalam. Perlakuan-perlakuan yang tidak mengenakkan lewat perkataan ataupun tindakan merupakan potensi yang menyebabkan anak terluka hatinya. Tugas orangtua adalah memastikan terciptanya situasi yang memberikan kenyamanan kepada anak. Salah satunya dengan mengupayakan sikap dan tindakan yang dapat mengembangkan pribadi anak."

Ketika menginjak usia dewasa pun ada banyak orang tua yang masih memiliki inner child yaitu, sisi kepribadian seseorang yang terbentuk dari pengalaman masa kecil. Bisa juga diartikan sebagai sosok anak kecil yang masih melekat dalam diri Anda.

Anak kecil dalam diri Anda tidak pernah pergi dan menetap di alam bawah sadar. Mereka mempengaruhi bagaimana Anda membuat keputusan, merespons masalah dan menjalani kehidupan.

Apabila terus dibiarkan, inner child yang terluka dapat menghambat perkembangan diri Anda sebagai orang dewasa. Maka saya rasa sangat perlu dan penting untuk kita mengetahui sumber-sumber luka pada anak guna mengantisipasi terjadinya inner child saat dewasa.

Berikut beberapa faktor yang menjadi sumber luka pada anak:
  • Kekerasan Fisik
Ketika tubuh anak menerima kekerasan dari orangtua mungkin secara fisik terlihat anak tidak mengalami dampak apa-apa. Tetapi sebetulnya dalam diri anak terutama batinnya seringkali mempertanyakan mengapa hal itu terjadi.

Misalnya ketika spontan kita mencubit tangan anak dengan pelan sekali ternyata, hal itu menyebabkan anak menjadi menjaga jarak dengan orangtua dan membuat suasana terkesan kaku. Ternyata anak sudah dapat merasakan kehidupan bathinnya. 
  • Kekerasan Non-Fisik (Verbal)
Pernah nggak, kita sebagai orangtua mengeluarkan kata yang kurang menunjukkan penghargaan kepada anak? Misalnya menyebut si "pemalas" ketika anak terlambat bangun. Atau "pembohong" ketika anak melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak benar. 

Ternyata lontaran-lontaran ucapan yang sering kali membuat anak menjadi putus asa, minder, bahkan frustasi misalnya pemalas, si gendut, dan sebagainya tampak sepele namun apabila hal tersebut diterima anak secara terus-menerus akan membuat anak berfikir bahwa dirinya memang seperti yang diucapkan orangtuanya.
  • Membandingkan Dengan Anak Lain
"Aduhhhhh, gimana sih begitu saja nggak bisa. Gak seperti si polan." atau ungkapan lain yang sejenis dengan tujuan membandingkan apa yang terjadi pada diri anak Anda dengan anak yang lain. 

Sebagai orangtua, seharunya kita bisa menjadi sosok yang lebih bijaksana dan memahami bahwa setiap anak pasti memiliki potensinya masing-masing.
  • Memperlakukan Dengan Tidak Adil
Pernah nggak kita mendengar anak mengucapkan, "Apa-apa adik, atau apa-apa kakak." Kapan sih, aku diperhatikan!" Kalau Anda pernah mendengarnya, mungkin kita perlu intropeksi jangan-jangan ada perlakuan kita yang memang menandakan adanya perlakuan kurang adil.