Dewasa ini, telepon pintar atau smart phone dengan layanan internet, kini hampir menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat. Penggunaannya yang praktis dengan didukung banyak fitur yang diberikan menjadi salah satu alasan kenapa smart phone dipilih sebagai alternatif mengakses beragam informasi dan hiburan selain membantu dalam pekerjaan. Namun penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan akan berdampak buruk bagi penggunanya terutama bagi anak usia dini.
Tak bisa dipungkiri saat ini gawai digunakan dimana-mana dan oleh segala usia. Beragam fitur pada ponsel sangat membantu dalam meringankan pekerjaan, tak jarang orangtua milenial juga menjadikan ponsel sebagai alat dalam pengasuhan untuk menenangan bayi dan balita tanpa harus mempertimbangkan resiko penggunaannya yang tidak tepat dan berlebihan.
Selaras dengan ungkapan praktisi kesehatan jiwa dari Universitas Atma Jaya, dr. Eva Suryani, SpKJ, menyatakan tidak dimungkiri saat ini gawai digunakan dimana-mana dan oleh segala usia. Berbagai fitur dalam ponsel dimanfaatkan tidak hanya untuk mendukung pekerjaan orang dewasa, tapi banyak juga orangtua yang menggunakan gawai seperti pengasuh untuk menenangkan bayi dan balita.
Eva melanjutkan, "semakin terpapar pada saat usia yang semakin dini, kerentanan (ketergantungan) terhadap gadget dan internet itu semakin besar," ujar Eva.
Menurutnya, semakin dini gadget digunakan sebagai alat pengasuhan anak, maka akan semakin terpapar sehingga menimbulkan kerentanan (ketergantungan) yang semakin besar pula terhadap gadget dan internet.
Eva menekankan, otak anak belum berkembang secara sempurna. Bayi, balita, anak dan remaja belum dapat membedakan mana hal yang benar dan salah, serta hal yang boleh dilakukan atau tidak.
"Mereka bahkan belum mengerti apa itu definisi membatasi. Karena itu potensi munculnya perilaku impulsif menjadi tinggi," ucapnya.
Sebagai orangtua, kita perlu melakukan pembatasaan penggunaan selain pengawasan terhadap segala aktifitas anak dalam menggunakan gawai. Kita harus fahami jika otak anak masih belum bisa memfilter semua hal secara sempurna. Anak hanya akan fokus bermain gadget tanpa harus memikirkan resiko-resiko yang ditimbulkan jika terlalu dekat menatap layar, bermain terlalu lama, dan terlalu sering misalnya.
Sementara itu dr. Kristiana Siste, SpKJ(K) dari Departemen Psikiatri Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia juga menegaskan pola orangtua dalam menggunakan gawai, terutama dihadapan anak-anak, akan menjadi contoh bagi mereka dan tanpa sadar membentuk pola fikir mereka. Karena itu, penting bagi orangtua memperhatikan beberapa rekomendasi dalam menggunakan gawai tersebut.
"Bayi 0-6 bulan sebaiknya tidak diperkenalnkan smartphone. Bayi usia 1-2 tahun boleh diperkenalkan namun tidak boleh lebih dari 1 jam per hari. Anak sampai dengan usia 6 tahun boleh menggunakan gadget namun harus selalu diawasi orangtua, sementara usia lebih dari 6 tahun boleh menggunakan hanya untuk program-program yang aman untuk usianya, serta penggunaan gadget tidak lebih dari 3 jam per hari," tutur Siste.