"Terus Wilman mana, kok, nggak ikut?" Mbah Nur mengedarkan pandangan seperti mencari seseorang.
Lagi-lagi aku diam. Tampak Mbak Rita juga seperti salah tingkah. Kemudian, ibu mertuaku yang menjawab pertanyaan Mbah Nur.
"Ikut kok, tapi tadi katanya ke rumah temennya."
Mbah Nur hanya mengangguk. Hatiku masih sangat geram. Ditambah dengan kehadiran Mbak Rita makin membuat dadaku sesak. Aku langsung keluar sambil membawa Nayla, kebetulan anak bungsuku itu rewel.
Tak lama kemudian, Mbak Rita juga ikut keluar. Dia terus memperhatikanku dengan ekor matanya. Aku makin kesal dan tak habis pikir. Sudah ketahuan berbalas pesan dengan Mas Wilman, Mbak Rita masih ada keberanian nongol di hadapanku. Benar-benar wanita tak punya malu.
Namun, pikiran baikku sesaat mendominasi. Aku menyadari bahwa kejadian SMS itu sepenuhnya kesalahan Mas Wilman karena dia yang mendahului. Jika suamiku tidak mencoba menghubungi Mbak Rita, wanita tak tahu diri itu kemungkinan juga tidak akan meladeni. Atau mungkin ini sudah menjadi bagian dari takdirku. Aku harus bisa ikhlas meski terasa berat.
Kemudian, Mbak Rita pamitan pulang. Semua orang di dalam disapa, terkecuali diriku dengan mertua dan kakak ipar. Mungkin Mbak Rita merasa tak enak hati setelah kejadian tadi.
Beberapa saat setelah kepergian Mbak Rita, ibu mertuaku juga ikut keluar dan mendekatiku. "Ayo, kita pulang. Siapa tahu Wilman udah ada di rumah."
Aku mengangguk setuju. Kemudian, ibu mertuaku memanggil Mbak Mira dan langsung pamitan pada tuan rumah. Kami pun menuju kediaman mertua.
Sesampai di sana, tampak Mas Wilman sedang memarkir motor. Sepertinya dia baru saja pulang. Tanpa basa-basi, ibu mertua dan kakak iparku langsung mencecarnya dengan pertanyaan.
"Kamu dari mana aja, Man? Bilangnya cuma sebentar, malah jam segini baru pulang." Suara ibu mertuaku meninggi.
"Kamu nggak ketemuan sama Rita, kan?" lanjut Mbak Mira dengan nada kesal.
"Astaga, orang cuma main ke rumah Farid aja dicariin kayak apa. Nggaklah, ngapain ketemu sama Rita," jawab Mas Wilman lantang.
Ibu mertua dan kakak iparku hanya diam. Kemudian, Mas Wilman melanjutkan pembicaraannya lagi.
"Kenapa? Nggak percaya? Kalau nggak percaya tanya sendiri aja sama Rita. Kita ketemuan apa enggak."
"Ngapain nanya sama dia kalau sampean masih bisa bicara. Ya udah masuk dulu, nggak enak dilihat orang nanti," sahutku berusaha menenangkan. Meski dalam hatiku sangat bergemuruh, sebisa mungkin bersikap tenang.
Aku melangkah masuk dan diikuti dengan ibu mertuaku, sementara Mbak Mira pulang ke rumahnya. Tak lama, Mas Wilman juga menyusul.
Setelah di dalam rumah, ibu mertuaku membiarkan aku dan Mas Wilman berduaan. Beliau langsung mengambil Nayla dan membawanya keluar.
"Mas, sampean nggak bohong, kan? Sampean nggak ketemuan sama Mbak Rita, kan?" Aku berusaha berbicara baik-baik.
Mas Wilman langsung menatap wajahku dengan tatapan dalam. "Demi Allah, Dek, aku nggak bohong. Aku beneran ke rumah Farid tadi."
Melihatnya seperti itu, aku tak ingin berlarut-larut dalam kecurigaan. Meski sebenarnya hatiku masih sangat kesal dengan ulah Mas Wilman, aku tak boleh terkesan menginterogasinya. Takutnya dia malah merasa tidak nyaman.
"Ya udah kalau gitu." Aku berdiri dan berjalan ke kamar. Berniat mengembalikan ponsel Mas Wilman. Namun, suamiku itu justru mengikutiku.
"Dek, kamu mau maafin aku, kan? Aku janji nggak bakal ulagi lagi."
Sesaat kuhela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Jika mengikuti hati, memang terasa sulit untuk memaafkan Mas Wilman. Apalagi setelah melihat dengan mata kepala sendiri berbalas pesan mesra dengan wanita lain. Namun, seketika aku teringat kedua anakku. Merekalah yang mampu meluruhkan hatiku. Ya, bagaimana pun Mas Wilman adalah ayah dari anak-anakku dan lelaki yang selama ini menemani hari-hariku. Aku harus bisa memaafkan serta memberikannya kesempatan lagi. Manusia memang tak ada yang sempurna.
"Iya, Mas, aku maafin kok. Beneran janji jangan ulangi lagi ya? Kasian anak-anak kalau sampean kayak gitu lagi. Mereka masih butuh kasih sayangmu."
Mas Wilman langsung memelukku erat. Dia memegang kedua tanganku seraya menciuminya. "Makasih, Dek."
Aku mengambil ponsel dan mengembalikan pada Mas Wilman. Suamiku itu langsung memblokir nomor Mbak Rita di depanku. Sebenarnya hal itu tak perlu dilakukan, intinya tidak mengulangi lagi saja sudah cukup. Percuma nomor diblokir, tapi masih ada keinginan untuk berkomunikasi. Ya, semoga saja apa yang dikatakan Mas Wilman benar-benar tulus dari dalam hatinya.
Sesaat ingatanku teringat dengan ucapan Mbak Rita. Sebenarnya mereka dulu ada hubungan apa? Daripada penasaran akan kutanyakan langsung pada Mas Wilman.
"Mas, aku mau nanya."
"Nanya apa?" jawab Mas Wilman santai.
"Sebenarnya sampean dulu ada hubungan apa sama Mbak Rita?"
Wajah Mas Wilman seketika berubah. Dia tampak salah tingkah. Entah apa yang ada di pikirannya. "Em, sebenernya---" Ucapan Mas Wilman tiba-tiba terhenti karena terdengar suara Ibu memanggil dari luar.
Aku dan Mas Wilman langsung bergegas menemui beliau. Ternyata ibu mertuaku meminta diantarkan ke minimarket. Entah apa yang ingin beliau beli.
"Ayo, Bu aku anter," ucapku ramah.
"Eh, jangan kamu. Biar Wilman aja yang nganter, soalnya nanti Ibu mau belanja banyak. Kalau kamu yang bawa motor takutnya nggak bisa bawa," jawab ibu mertuaku menolak.
Entah mengapa tiba-tiba perasaanku jadi tidak enak. Seperti ada hal yang direncanakan oleh ibu mertuaku. Ah, aku tak boleh suuzon. Mungkin ini hanya perasaanku saja.
Kemudian, Mas Wilman mengambil kunci motor. Dia langsung keluar dan diikuti oleh ibu mertuaku. Saat itu Nayla menangis ingin ikut, tapi mertuaku menolak dengan alasan sudah malam. Ketika motor Mas Wilman melaju keluar, pikiranku tiba-tiba seperti ada yang aneh. Kenapa mereka ke arah Timur? Bukankah minimarket berada di sebelah Barat? Ingatanku langsung tertuju ke rumah Mbak Rita yang kebetulan juga ada di sebelah Timur. Apa jangan-jangan mereka pergi ke rumah wanita tak tahu diri itu, tapi untuk apa? Bukankah ibu mertuaku juga tidak suka dengan Mbak Rita? Ah, mungkin mereka ingin ke tempat lain terlebih dahulu sebelum ke minimarket. Aku tak boleh berprasangka buruk.
🌸Bersambung🌸
Sebenarnya mereka pergi ke mana? 😅
Sambil nunggu up bab terbaru, mampir juga di ceritaku yang lain, ya. 😘