Aku mengucek mata untuk memastikan bahwa lelaki itu bukan kang Suganda, tetapi suami nyonya Yolanda. Hanya saja, hati ini terus saja mengatakan itu memang dia.
Pria berpakaian jas perlente itu juga menghentikan gerakan saat bertatapan denganku. Mulut dan matanya melebar, tapi hanya seklias. Setelah itu ia fokus pada sambutan istrinya.
Nyonya Yolanda menyambut suaminya dengan senyum dan kemesraan. Bahkan, di depan kami mereka tak tabu saling menyentuh bibir. Entah mengapa, melihat hal tersebut, hatiku seperti mengeluarkan percikan api. Seolah sedang menyaksikan suami bermesraan dengan wanita lain.