HANYA 22 bab, sudah TAMAT
Entah kusebut apakah perasaanku ini. Bahagia dalam dosa, atau airmata dalam senyum. Derita dalam kebahagiaan, atau berbahagia dalam derita. Yang jelas, aku merasakan keduanya secara bersamaan.
Aku cuma manusia, yang tak sanggup melawan kehendak Tuhan. Menolak seperti apapun, ini tetap terjadi.
Bermula dari kisah pertemananku dengan seorang kakak kelas (tapi lain sekolah) di masa remaja, lalu terputus hubungan bertahun-tahun lamanya.
Ketika aku bertemu lagi untuk kedua kalinya melalui Facebook, keadaan sudah sangat berbeda. Aku tetap menjadi orang kampung yang sederhana, sementara lelaki bersepeda tua itu telah melintasi beberapa negara, dan pernah tinggal di dua benua. Sudah menjadi calon profesor, lulusan universitas tiga negara.
Dan sebuah kesalahan "kecil" yang kulakukan, membuat keadaan menjadi berbalik.
Aku sangat sedih, mengapa harus memiliki rasa tak biasa, kepada orang lain di usia menjelang senja. Membuatku sangat menderita. Harus melawan perasaan yang tak seharusnya, kepada seseorang yang tidak semestinya, demi tetap berada di jalan yang diridhoi-Nya.
Anehnya, keadaan itu terjadi benar-benar secara tidak sengaja.
Setahun yg terlewati tak mampu menghapuskan rasa itu. Meski telah kupendam namun gejolak tak padam.
Dia terlalu kuat memeluk hatiku, hingga merajai pikiranku.
Walaupun badai telah berlalu, mengapa hujan enggan berhenti?
Adakah hikmah dibalik ujian perasaan itu?
