“Apa?!?” Novan melotot. Nyaris dia tersedak jus alpokat yang baru disesapnya. Cairan kental itu nyangkut di kerongkongannya, hingga Novan terbatuk-batuk.
Clarissa yang duduk di depannya malah cengar-cengir. “Santai aja dong, Van… Enggak usah ngegas.”
“Ya, kali gue santai. Permintaan lo tuh enggak masuk akal.”
“Ish gue ‘kan cuma minta lo pura-pura jadi pacar gue. Inget tuh pura-pura, bold, underline, italic.”
“Kalau lo masih single sih enggak masalah. Mau pura-pura atau beneran hayok ajah.”
“Idih, maunya…” celetuk Clarissa.
“… tapi lo udah punya suami. Bisa ditampol gue sama Ferdi.”
“Enggak bakalan. Gue jamin. Ferdi tuh orangnya kalem. Enggak emosional. Justru itu gue pingin lihat dia cemburu. Bayangin, Van. Dua tahun nikah dia cuek aja. Enggak pernah cemburu sekalipun. Padahal ‘kan gue primadona, supermodel, artis.”
“Mantan…” celetuk Novan.
“Yang naksir gue banyak,” Clarissa terus mengoceh tanpa peduli celetukan Novan. “Masa’ sih dia enggak pernah cemburu sama gue.”
Novan menggaruh-garuk kepalanya yang tidak gatal. Tawaran yang sungguh menggoda. Dari dulu dia sudah naksir Clarissa. Sayangnya sebelum sempat menyatakan dia sudah ditikung Ferdi. Sekarang ada kesempatan untuk dekat dengan wanita pujaannya. Tapi resiko ditampol Ferdi? Ah itu urusan nanti…
