“Kenapa kamu mau bekerja?”
Reyhan menatapku dengan wajah memelas. Matanya yang sebening kristal kembali membuat jantungku berdegup kencang.
“Supaya … bisa tidur sekamar sama Bu Salis,” jawabnya ragu-ragu..
Aku langsung terjingkat.
“Seriously?
“Peluk aku, dong, Dik.”
“Dik, Dik, pala kamu!” Aku menoyor dahinya, lalu membuang muka.
====
Jangan lupa like dan komennya ya. Subscribe juga. Pastikan kamu gak ketinggalan ceritanya.