"Cukup maharmu saja yang kemahalan. Jangan untuk biaya hidupmu selanjutnya."
Ira yang sedari menunduk, kini mengangkat kepalanya dan melihat ke arahku.
"Apa Mas, kemahalan?"
"Iya, kenapa? Memang kemahalan. Dulu, Bapakku saat menikahi Ibu, cuma memberikan seperangkat alat solat. Lah, kamu harus pakai emas segala. Matre!" kataku.