Raihana harus berjuang membesarkan dan mendidik anak seorang diri. Suaminya seorang lelaki shaleh yang dihormati dan dijadikan panutan diam-diam poligami.
Sang anak yang kehilangan kebersamaan dengan ayah merasa frustasi apalagi ia mendapatkan bulian karena tak pernah diantar ayah.
Jika poligami itu baik, tak akan ada anak yang tersakiti.
Rihana pun disalahkan atas kerusakan moral putra-putrinya sebagai ibu yang tak becus.