Annasya Widuri tidak pernah menyangka jika pelatihan yang ia jalani akan membuat dirinya berjumpa kembali dengan Rinaldi, sang mantan suami. Tidak peduli, kharisma Rinaldi terlihat semakin menggelora usai mereka pisah, kenyataannya, dibalik wajah teduh dan menenangkan itu, ada satu hal yang membuat Annasya tidak akan lagi masuk jurang yang sama.
Rinaldi tahu, Tuhan akan selalu mengabulkan permintaan seorang hambanya selagi ia tak putus berdoa dan berusaha. Sewaktu menjumpai mantan istrinya dalam sebuah pelatihan yang ia bimbing, ia merasa memiliki sebuah kesempatan untuk memperbaiki semua kekacauan dalam pernikahan mereka.
"Jangan pernah mimpi. Cukup sekali gua jatuh di lobang penuh lumpur becek dan penuh sampah, jangan sampai diulang dua kali, karena apa? Karena cuma orang bego yang mau hidup satu atap sama makhluk kayak, lo. Kita sudah cerai. Titik."
Menggemaskan.
Nyaris satu tahun berpisah, Annasya Widuri tetap jadi orang paling unik dan tak pernah ada duanya. Mungkin satu kecupan di dahi atau dekapan erat, akan membuat si ceroboh itu ingat?
"Masalahnya, Nas, aku belum pernah memberi talak, tidak pernah menandatangani berkas cerai yang kamu kirim, dan, satu lagi, " Rinaldi tersenyum, "Cek rekening kamu, mungkin uang lipstik dari suamimu ini sudah bisa dipakai buat beli kapal pesiar. Aku masih rutin memberi nafkah, dan tentu saja itu berarti, hingga detik ini, kita masih berstatus suami istri."
"Jangan mimpi. Lo kira cuma transfer duit, semua jadi beres? Kalau cuma gitu, OVO sama Gopay auto jadi laki. Lo balik lagi sana, ke kaum lo, dan ke wanita-wanita soleha yang lo bilang, kriteria masuk surga. Bimbing aja mereka, sekalian buka training, Jalan cinta menuju Jannah. Liat lo kokoan ama jenggotan gini, mereka pasti histeris dan teriak dalam hati, auto imam gue. Masalah duit, gue bakal transfer balik. Gue nggak semiskin itu. Annasya bukan cewek kere dan asal lo tahu, sebiji lipstik gue, bisa bikin kapal pesiar lo karam. Camkan itu."
"Aku juga bisa transfer benih, Cantik, tapi sayangnya, kamu sedang dalam mode cemberut dan jika aku nekat, bukan nggak mungkin, ujung hak sepatu merahmu yang lancip bukan main itu, bisa bawa aku ke UGD."
Memang bukan ujung hak stiletto merah darah yang membuat Rinaldi ke UGD, melainkan dahi istrinya sendiri yang sekuat tenaga dibenturkan oleh Annasya yang marah. Hanya satu hal yang harus dia lakukan sebelum semuanya jadi makin gawat, membawa kembali sang nyonya ke istana mereka.