"Saya mau minta maaf ada ibu."
Reynan mengubah posisi, dia bangun dari sofa, berjalan menuju jendela yang belum menutup sempurna. Disibak sempurna tirai keemasan bercorak dedaunan. Langit beserta gugusan bintang tiba-tiba menampakan satu wajah yang suaranya sedang ia resapi. Reynan menyorongkan kepala keluar jendela, menghirup panjang udara malam. Sementara korneanya mencoba menembus kegelapan.
“Maksud Bapak?”
Ada keheranan pada suara Fahira di sana. Dia tahu gadis itu grogi tingkat tinggi.
“Maaf karena saya telah sangat merindukan Ibu .... “