Dikutip dari True Story':
Munda selingkuh dengan suami orang. Bukan hanya satu. Entahlah. Aku malu menceritakannya.
Ini entah 'minta tolong' apalagi dia? Dering ponselku tak berhenti-henti.
"Hallo. Ya. Apa Mun? Nantilah telpon. Aku lagi ngajar." Dengan beribu kesal aku menyahut juga.
"Sel, pliss ... sebentar saja. Ini demi anakku."
Huh. Ini yang paling bikin pengen nabok durian mentah. Astaghfirullah. Dia selalu tega membawa nama anaknya demi napsu duniawi.
"Kebohongan yang ke berapa ini, Munda? sudahlah aku tau kau pasti menyuruh aku untuk berbohong lagi," semprotku jengkel.
"Kali ini aja. Pliss, serius!" Nadanya mulai memelas.
"Apa itu?"
"Kalo suamiku nelponmu, bilang kalo kau yang beli henpon ini ya," bisik Munda dari seberang. Suara sangat terdengar pelan.
"Henpon? Henpon siapa?"
"Nanti saja kuceritakan. Tapi, kalo suamiku nelpon. Pliss ... aku mohon. Tolong dulu kali ini aja. Bilangin kau yang punya henpon. Demi Mayra dan Rayhan."
"Selalu demi Mayra dan Rayhan. Kalo kau sayang anakmu hentikan kegilaanmu itu!" semburku benar-benar kesal.
"Tidak bisa, Sel. Bang Didit sudah tau ada henpon baru di dalam tasku. Beserta alamat Mas Suri untuk pengiriman paket. Dia menanyakan punya siapa. Karena panik aku bilang punyamu. Mau dikirim untuk ...."
"Untuk siapa?" bentakku marah.
"Jangan bilang saking paniknya. Kau malah memfitnah aku, Mun. Apa kau bilang itu untuk selingkuhanku?"
"Aku bingung, Sel. Soalnya dia nanya Mas Suri itu siapa?"
"Set*n kau!" Kututup komunikasi sambil mengumpat tak karuan.
Benar-benar teman dari neraka si Munda.
