"Kenapa bayi itu menangisi terus?" tanyaku pada wanita paruh baya yang baru saja membuka pintu. Mata yang bawahnya terlihat menghitam itu menatapku lekat, lalu menjawab, "Andin tak mau menyusuinya dan anak itu tak mau susu formula!"
Aku mendengkus kasar. Benar-benar keras kepala bocah itu. Kalau tak siap jadi ibu, kenapa harus main api dengan laki-laki. Akhirnya hamil di luar nikah dan hancur hidupnya.
Aku minta izin untuk menemui Andin. Katanya silakan. Lalu, wanita yang ternyata pembantu gadis itu mengikuti.
Andin duduk di atas ranjang, sedang bayinya ada dalam box. Tatapannya mengarah pada mahluk mungil itu, tapi tak terusik dengan jeritannya.
"Susui anak itu!" titahku
Gadis kecil itu menoleh sekilas, lalu menatap lagi ke depan.
"Susui sekarang, atau!" Suaraku tertahan saat dia menoleh dan melemparkan tatapan tajam.
"Atau apa? Mau memukulku! Atau membunuhku? Lakukan saja!" tantangnya tanpa rasa takut sedikitpun.
"Susui dia, kalau tidak aku yang akan membuka bajumu!"