"Kamu takut?"
"Ya, jelaslah aku takut!"
"Aku kan suamimu?"
"Emang! Tapi aku ngeri!"
"Ngeri kenapa? Karna bekas luka ini? Atau tato ini?"
Dia menunjuk bagian-bagian bersejarah di kulitnya yang putih.
"Itu hanya sebagian kecil yang membuatku bergidik."
Dia tertawa kecil.
"Terus, apa yang lebih besar alasan kamu takut padaku? Dengar Aulia, aku bukan malaikat maut yang akan mencabut nyawamu. Melainkan seorang lelaki yang dipinta menyempurnakan agamamu dengan pernikahan."
Bijak sekali dia. Belajar dari mana kalimat itu? Aku menatap sinis Arham yang masih berdiri di dekat pintu kamar yang tertutup rapat.
**
Bagaimana pernikahan Aulia kelak dengan seorang Preman Soleh?
Ikuti terus yak!
Jangan lupa komentari, karena aku juga manusia yang banyak salah. Subcribe juga, sebagai tanda kita saling sayang.
