"Bukannya itu suamimu, Kamilah?"
Mataku mengikuti ke mana telunjuk Indah mengarah. Di depan kafe sana, pria yang sudah mengarungi bahtera rumah tangga denganku selama lima tahun lebih itu tengah tersenyum. Memainkan helaian rambut cokelat wanita dengan rok span yang sedang melingkarkan tangannya di pinggang. Panas dan rasa sakit itu memenuhi rongga dada, tapi aku tetap berusaha menahan diri.
"Iya, itu Mas Andi."
"Kurang ajar! Ayo kita labrak!"
"Jangan!" Aku menahan tangan Indah yang hendak turun dari motor. "Biarkan saja."