Perbedaan pendapat antara Moira dan ibunya membuat gadis berambut ikal dan bermata almond itu memilih tinggal terpisah. Sang ibu menginginkannya menjadi seorang dokter, tetapi Moira justru antusias memilih menjadi seorang fotografer. Berbekal kamera peninggalan sang ayah, Moira mencoba berjuang mencapai mimpinya.
Sayang, setelah setahun berlalu, hidupnya justru semakin terpuruk. Uang tabungannya habis dan bahkan ia tidak sanggup membayar uang kos setiap bulannya. Moira yang tadinya gigih bekerja menjadi fotografer lepas, kini harus merelakan dirinya menjadi pekerja serabutan di sebuah studio foto.
Garis hidup pun membawanya bertemu dengan Maruli, lelaki Batak pemilik studio foto yang sudah berkali-kali diminta menikah oleh sang nenek. Maruli dengan sikapnya yang cuek berusaha mendekati Moira yang polos dan lugu. Siapa sangka dibalik perhatiannya pada Moira, Maruli menyimpan tujuan yang sejak dulu ia persiapkan untuk keuntungan hidupnya