Gajian bulan kemarin minta beli korset. Kalau korsetnya sepuluh ribu satu bukan masalah, minta sepuluh juga aku belikan. Tapi, ini tak tanggung-tanggung, harga 1 lembar celana pendek itu hampir tembus satu juta, bagaimana batinku tidak menangis?
Gara-gara permintaanya itu, terpaksa jatah uang rokok dan diaper anak terpotong. Sebagai karyawan swasta, gaji dua juta setengah per bulan untuk membiayai tiga anak dan satu istri, ditambah setoran kontrakan lima ratus ribu tiap bulan, apalah aku? Belum lagi harus bayar cicilan sepeda motor yang belum lunas. Mau dibanting bagaimana lagi tulangku, Ma?!
Tapi, janji suci sejak meminangnya dulu, masih terpatri dalam benak ini. Aku berjanji untuk membahagiakannya.
"Harganya berapa, Ma?" tanyaku yang bersiap mendengar jawaban.
"Tujuh aja, Pa!"
Malah pakai kode segala.
"Tuju ribu?"
"Tujuh ribu hanya dapat plastiknya aja, Pa!"
"Tujuh puluh ribu?"
Ia menggeleng.
"Tujuh juta, Pa!"
Ppuuuuuh!
Kopi yang baru kuseruput tersembur ke luar.
Nyawa ini hampir tercabut dari raga. Bisa-bisanya menodongku dengan permintaan segila ini.
