"Nadine, katakan siapa yang melakukan ini! Siapa yang sudah mendahuluiku, katakan Nadine!" bentak Devian, matanya menatap nyalang dengan rahang yang mengeras membuat wajah pria beralis tebal itu terlihat begitu menakutkan. Kedua tangan besar Devian mengguncang bahu Nadine.
"Maaf, Mas." Nadine hanya bisa berucap seperti itu dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.
"Apa dengan maaf semuanya akan kembali seperti semula, iya!" bentak Devian. Merasa terhina pria beralis tebal itu menarik tangan Nadine dan menyeretnya keluar dari kamar.
Sementara itu Nadine hanya bisa menangis dan pasrah dengan apa yang akan sang suami lakukan. Mungkin itu semua sudah menjadi nasibnya, Nadine tahu jika Devian pasti tidak akan terima jika dibohongi. Nadine melakukan itu semua dengan terpaksa, tidak ada niat dalam hatinya untuk berbohong.
Devian terus menarik tangan istrinya hingga mereka tiba di ruang tengah. Semuanya terkejut saat melihat sepasang pengantin baru itu keluar dengan keadaan seperti itu. Kedua orang tua Nadine bertanya-tanya dalam hatinya, terlebih saat sang menantu mendorong tubuh mungil Nadine dengan kasar.
"Astaghfirullah, apa yang terjadi. Nadine, Nak Devian, ada apa ini?" tanya Irawan, ayah Nadine dengan raut wajah yang terlihat begitu bingung.
Begitu juga dengan Widya, ibunda Nadine, ia juga terlihat begitu bingung dengan apa yang terjadi. Perempuan paruh baya itu jongkok di depan putrinya, ia benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi pada putri dan menantunya itu. Sementara Devian menatap tidak suka ke arah sang istri, kesalahan yang telah Nadine perbuat sudah sangat fatal.
"Kalian tanya sendiri pada dia." Devian menunjuk ke arah Nadine dengan tatapan mata yang sangat tajam.
"Nak Devian, tolong jelaskan ada apa?" tanya Widya dengan lirih.
"Kalian pura-pura tidak tahu, atau memang tidak tahu. Apa kalian tidak tahu jika putri kalian sudah tidak suci lagi!" teriak Devian, seketika semuanya terdiam dan pandangan Irawan dan Widya beralih pada Nadine.
Immanuel Devian Pradana, pria berusia dua puluh delapan tahun yang memiliki wajah tampan, alis tebal, sorot mata yang tajam. Bukan itu saja, Devian juga merupakan CEO di perusahaan terbesar yang berada di Jakarta. Perusahaannya bergerak di bidang properti membuat pria beralis tebal itu sangat sibuk mengurus bisnisnya.
Hal itu membuat Devian sering menghabiskan waktu untuk urusan pekerjaan. Pria beralis tebal itu jarang berada di rumah, bahkan untuk bertemu dengan calon istrinya saja tidak bisa dilakukan seperti orang pada umumnya. Mereka jarang sekali bertemu, tetapi hubungan mereka selalu baik, hingga sampai ke jenjang yang lebih serius.
Hingga hari pernikahan itu tiba, di mana Devian mengucapkan janji suci itu di depan penghulu. Devian telah menghalalkan Nadine Alifya Farhana, wanita berusia dua puluh empat tahun. Wanita yang sangat ia cintai, bukan hanya wajahnya yang cantik, tetapi juga dengan hatinya. Wanita berjilbab itu mampu membuat Devian jatuh cinta, setelah merasakan patah hati.
Namun hal tak terduga terjadi pada malam pertama mereka, Devian benar-benar terkejut saat mengetahui jika wanita yang baru saja ia halalkan ternyata sudah tidak suci lagi. Mahkotanya telah direnggut sebelum Devian menikahinya, hak yang seharusnya Devian dapatkan, justru orang lain yang menikmatinya. Entah siapa yang telah berbuat hal buruk itu.
Devian merasa terhina, ia pikir jika Nadine bisa menjaga kehormatannya. Namun ternyata tidak, ia sama seperti wanita di luar sana. Kecewa itu yang Devian rasakan, bahkan untuk memandang wajahnya saja ia tidak sudi apa lagi untuk menyentuhnya. Devian merasa jijik dengan tubuh istrinya yang sudah terlebih dahulu dijamah oleh orang lain.
Siapakah orang yang sudah mendahului Devian? Akankah Nadine akan berkata jujur?
Lalu bagaimana dengan pernikahan mereka? Akankah Devian mau mempertahankan Nadine atau justru akan melepaskannya?