🎖Finalist KBM Writing Contest Session 1🎖
Setelah raibnya Wira di masa Pemberontakan PKI Madiun 1948, Dipta mengalami guncangan jiwa. Rindu pada sang ayah mencengkeram hari-harinya.
Hampir dua ribu warga mengalami hal yang sama, menjadi korban pembantaian keji, meninggalkan trauma dan luka sejarah paling dalam.
Kembalinya Astri,- gadis bermata luka yang juga kehilangan orang tua, ke dusun kecil di tepi Kali Madiun sempat membuat pemuda berambut merah itu kembali bergairah.
Dipta merajut asa dan menggelar mimpi bahagia. Hanya bersama Astri Dipta lupa pada perih. Gadis dari masa lalu yang membawa rindu tak bertuan pada kedamaian negeri ini.
Namun sayang, Astri terseret arus gerakan sayap kiri di tahun 1965. Peristiwa itu menyebabkan Dipta tak lagi percaya bahwa rindu memiliki tumpuan nyata. Baginya dunia ini sama, hampa.
Noted: Naskah ini kelanjutan dari Semerah Darah dan Yang Tersisa (di Tepi Kali Madiun 1948)