Hanya karena orang tua Kania berprofesi petani di kampung, Kania terus mendapatkan hinaan dari mertua dan ipar-iparnya. Bahkan selama lima kali lebaran, Arman--suaminya tidak pernah bersedia membawanya pulang.
Arman dan keluarganya tidak tahu, kalau bapaknya Kania adalah salah satu petani terkaya di kampung mereka.
Karena tak terima anaknya terus dihina, Pak Danu menjual kebun sawitnya demi membeli kebun teh milik keluarga Arman yang akan dijual.
Kira-kira bagaimana 'kah reaksi keluarga Arman, ketika mengetahui Kania 'lah yang membeli kebun teh milik mereka?